ANTAREZ CORPORATED: 2010

WELCOME TO MY BLOG

SALAM GEOGRAFI

WELCOME TO MY BLOG!!!

ENJOY THE TRIP

Rabu, 22 Desember 2010

Untuk Hari IBU.. Ibu ku Ibu terbaik sedunia!!!

IBU…..
Ibu…
ini adalah tulisan yang sangat indah. Bacalah dengan lambat, cernalah setiap kata dan nikmati lah Jangan tergesa. Ini adalah harta karun Bagi yang beruntung masih mempunyai ibu, ini indah Bagi yang sudah tidak punya, ini lebih indah lagi
Bagi para ibu, kamu akan mencintainya
Sang ibu muda, melangkahkan kakinya di jalan kehidupan.
’Apakah jalannya jauh?’ tanyanya. Pemandunya menjawab: ’Ya, dan jalannya berat. Kamu akan jadi tua sebelum mencapai akhir perjalanan ini...Tapi akhirnya lebih bagus dari pada awalnya.’
Tetapi ibu muda itu sedang bahagia. Ia tidak percaya bahwa akan ada yang lebih baik daripada tahun-tahun ini. Karena itu dia main dengan anak-anaknya, mengumpulkan bunga-bunga untuk mereka Sepanjang jalan dan memandikan mereka di aliran sungai yang jernih. Matahari bersinar atas merekad an ibu muda itu berseru:
‘Tak ada yang bisa lebih indah daripada ini.’
Lalu malam tiba bersama badai.
Jalannya gelap, anak-anak gemetar ketakutan dan ketakutan.
Ibu memeluk mereka dan menyelimuti mereka dengan mantelnya.
Anak-anak itu berkata: ’Ibu, kami tidak takut, karena ibu ada dekat. Tak ada yang dapat menyakiti kami.’
Dan fajar menjelang. Ada bukit menjulang di depan mereka.
Anak-anak memanjat dan menjadi lelah. Ibunya juga lelah.
Tetapi ia terus berkata kepada anak-anaknya:
’Sabar sedikit lagi, kita hampir sampai.’ Demikianlah anak-anak itu memanjat terus. Saat sampai di puncak, mereka berkata: ’Ibu, kami tak mungkin melakukannya tanpa ibu.’
Dan sang ibu, saat ia berbaring malam hari dan menatap bintang-bintang, berkata: ’Hari ini lebih baik daripada yang lalu karena anak-anakku sudah belajar daya tahan menghadapi beban hidup. Kemarin malam aku memberi mereka keberanian. Hari ini saya memberi mereka kekuatan.’
Keesokan harinya, ada awan aneh yang menggelapkan bumi. Awan perang, kebencian dan kejahatan. Anak-anak itu meraba-raba dan tersandung-sandung dalam gelap. Ibunya berkata: ‘Lihat keatas. Arahkan matamu kepada sinar.’
Anak-anak menengadah dan melihat diatas awan-awan ada kemuliaan abadi
yang menuntun mereka melalui kegelapan.
Dan malam harinya ibu itu berkata: ’Ini hari yang terbaik
karena saya sudah memperlihatkan Allah kepada anak-anakku.
Hari berganti minggu, bulan, dan tahun.
Ibu menjadi tua, kecil dan bungkuk. Tetapi anak-anaknya tinggi, kuat dan berjalan dengan gagah berani. Saat jalannya sulit, mereka membopongnya.
Akhirnya mereka sampai ke sebuah bukit. Dan di kejauhan mereka melihat
sebuah jalan yang bersinar dan pintu gerbang emas terbuka lebar.
Ibu berkata: ’Saya sudah sampai pada akhir perjalananku.
Dan sekarang saya tahu, akhir ini lebih baik dari pada awalnya.
Karena anak-anakku dapat berjalan sendiri dan anak-anak mereka ada di belakang mereka.’ Dan anak-anaknya menjawab: ”Ibu selalu akan berjalan bersama kami...
meskipun ibu sudah pergi melewati pintu gerbang itu.’ Mereka berdiri, melihat ibu mereka berjalan sendiri... dan pintu gerbang itu menutup sesudah ia lewat.
Dan mereka berkata: ”Kita tak dapat melihat ibu lagi tetapi dia masih bersama kita.”

Ibu seperti ibu kita, lebih dari sekedar kenangan. Ia senantiasa hadir dan hidup...

Ibumu selalu bersamamu, Ia adalah bisikan daun saat kau berjalan di jalan.
Ia adalah bau pengharum di kaus kakimu yang baru dicuci. Dialah tangan sejuk di keningmu saat engkau sakit. Ibumu hidup dalam tawa candamu. Ia terkristal dalam tiap tetes air mata. Dia lah tempat engkau datang, dia rumah pertamamu, Dia adalah peta yang kau ikuti pada tiap langkahmu/ Ia adalah cinta pertama dan patah hati pertamamu.

Tak ada di dunia yang dapat memisahkan kalian. Tidak waktu, ruang, bahkan tidak juga kematian!


Selasa, 21 Desember 2010

Dibalik Senayan


Dibalik Senayan

Menjadi mahasiswa di zaman ini bukanlah sesuatu yang mudah. Banyak seleksi yang harus dilewati. Mulai dari seleksi otak, seleksi kecerdasan pengembangan diri, seleksi psikologi, seleksi jabatan / kedudukan sampai seleksi finansial. Sekarang kuliah telah menjadi “sesuatu yang mewah” atau dalam istilah ekonomi sudah termasuk kedalam kebutuhan tersier yang baru bisa dipenuhi apabila kebutuhan primer dan sekunder telah terpenuhi. Pertanyaannya sekarang adalah apakah kebutuhan primer rakyat Indonesia telah terpenuhi?
Fakta dilapangan:
·      Pangan       
-         5775 anak di Kupang menderita gizi buruk.
-         Di Aceh 29 anak meninggal karena busung lapar sementara 1336 anak lainnya menderita busung lapar.
-         340.056 jiwa dari total 990.000 penduduk kabupaten Ponorogo, Jawa Timur termasuk kedalam kategori keluarga miskin yang menderita gizi buruk.
-         Adi 5,1 juta dengan 54% atau 2,6 juta jiwa terancam kematian karena kelaparan.
-         1,67 juta jiwa balita di Indonesia menderita busung lapar.
( Sumber : TV One 21 September 2009 )

·      Papan         
-         Kasus penggusuran di Kampung Rawa Das, Pondok Kopi, Jakarta Timur, 5 dari 20 orang yang terluka adalah perempuan ( penembakan gas air mata dan peluru karet yang melukai sejumlah rakyat miskin yang digusur ).
-         Seorang perempuan yang sedang mengandung 6 bulan dipukul 2 kali kepalanya oleh petugas Trantib kala penggusuran di komunitas nelayan Ancol Timur, Jakarta Utara dan suaminya sedang melaut.
-         Aparat lebih memilih menggunakan Perda II / 1988 untuk melakukan penggarukan dan penggusuran paksa dalam skala masif yang sama sekali tidak mengatur persoalan ganti rugi atu sarana rumah ganti daripada mematuhi pasal 34 tentang Fakir Miskin dan pasal 33 UUD 1945 yang menyebutkan “Tanah, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dan terdapat diatasnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar – besarnya UNTUK KEMAKMURAN RAKYAT dan UU tentang Pemukiman  pasal 5 bab III”, setiap warga berhak untuk mendiami dan / atau menikmati dan / atau memiliki ruah yang layak, sehat, dalam lingkungan yang aman, harmonis dan teratur”. Serta Komisi PBB untuk hak asasi dalam resolusinya 10 Maret 1993 menyatakan bahwa “praktek penggusuran paksa merupakan pelanggaran yang berat terhadap HAM terutama hak untuk mendapatkan perumahan yang layak”.
-         Menurut data Aliansi Rakyat Miskin, mulai Agustus – September 2008 sekitar 6000 warga mengalami penggusuran dan penangkapan oleh Pemda DKI.

·      Sandang
-         Ada lebih 35 juta penduduk Indonesia yang tidak mampu mengeluarkan Rp. 6000,00 / hari untuk kebutuhan primernya.
-         Ratusan ribu anak Indonesia tidak bisa sekolah karena tidak mampu membeli seragam.

Dari fakta diatas, dapat kita telaah bahwa betapa untuk memenuhi kebutuhan primernya pun rakyat sudah harus berdarah – darah apalagi untuk kebutuhan tersiernya?
Saat ini dengan disahkannya UU BHP pun kuliah semakin terasa tak terjangkau. Logis bukab apabila kita berpikir bahwa input mahasiswanya pun berasal dari kalangan atas?
Dikampus UI kita tercinta pun 90 orang masih diambang ketidakjelasan BOP nya. Bahkan ada yang sampai jual sawah, rumah, dll untuk bisa kuliah dikampus ini. Kampus yang menyandang gelar “Kampus Rakyat”.
Dengan adanya seleksi finansial dalam penerimaan MABA ini tentu mempengaruhi input mahasiswa yang didapat. Yang masuk hanya yang setiap hari terbiasa tinggal diruang ber – AC, yang terbiasa pagi – pagi disediakan sarapan oleh pembantunya, bawa mobil sendiri ke kampus, dll. Inilah potret mahasiswa negeri kita sekarang. Yang lupa akan teriknya matahari, yang tak pernah merasakan perutnya sangat lapar, yang sangat terbiasa dengan fasilitas mewah dan menjadikannya sebagai standar hidupnya.
Mahasiswa yang seperti ini bagaimana mungkin menjadi peka akan penderitaan rakyat yang bahkan bagian dari penderitaan itu sendiri tak pernah ia rasakan?
Tentu masih ada mahasiswa yang peduli akan rakyat tapi persentasenya sedikit sekali. Karena seperti yang telah kita ketahui, BHMN hanya akan membuat rakyat yang miskin dan pintar menjadi minoritas jumlahnya di PTN ternama. Sementara yang miskin tapi bodoh hanya bisa sekolah sampai tingkat SMP / SMA dipinggiran.
Sikap apatis yang ditemukan dalam diri mahasiswa di kampus pun memiliki banyak faktor, yaitu:
·      Mereka yang jauh dari kata “miskin”.
·      Mereka yang berpikir baru akan bergerak setelah lulus dari Universitas dengan IP tinggi.mereka yang menutupi kelemahannya / rasa takutnya untuk ikut beraksi akan tetapi dia menutupi kelemahannya tersebut dengan menegasikan diri atas pandangan baik tentang aksi itu sendiri.
·      Mereka yang berpendapat bahwa kuliah adalah amanah orangtua. Jadi kita harus fokus belajar dan kuliah dengan baik di kampus.
·      Mereka yang masih bingung akan hakikat dari pergerakan itu sendiri.

Tak ayal penyebabnya pun datang tak jauh dari lingkungannya sendiri. telah terbiasanya mereka menikmati kehidupan mewah menyebabkan hati mereka menjadi dingin melihat derita rakyat miskin. Pandangan yang sempit juga merupakan salah satu faktornya yaitu dimana kala kita menyebutkan kata pergerakan mahasiswa, maka yang pertama kali ada dibenaknya adalah aksi / demonstrasi. Padahal aksi baru salah satu bagian kecil dari pergerakan mahasiswa. Selain itu mereka masih punya pemikiran “takut meninggal karena ditembak / dipukul saat aksi” dan ada beberapa yang berpandangan bahwa, “percuma demonstrasi, toh mereka tidak akan mendengar kita. Percuma kita teriak – teriak gitu toh kebijakannya tetap disahkan”. Mendengar kata – kata itu, saya teringat cerita seorang sahabat tentang Nabi Ibrahim as ketika dia dibakar. Kala itu ada burung kecil yang mengambil air dan menyiramkannya ke api Ibrahim. Burung yang besar mencibir dan berkata menghina, “bodoh sekali kau, kecil! Untuk apa kau ambil air untuk Ibrahim itu? Alangkah sia – sia yang kau lakukan itu. Lihatlah tubuhmu! Dengan tubuh sekecil itu, mana mungkin engkau mampu memadamkan api Ibrahim!” Namun apakah yang dikatakan burung kecil itu?
Burung kecil itu berkata, “Biarlah tubuhku yang kecil ini hanya mampu membawa sedikit air untuk memadamkan api yang berkobar besar itu di tubuh Ibrahim. Tapi  setidaknya, dikala aku mati nanti, aku punya jawaban saat Allah menanyakan pertanggungjawaban atas hidup yang diamanahkanNya padaku”. Dan Allah tahu, walaupun hanya hal kecil tapi aku telah melakukan sesuatu”.
Begitulah aksi. Mungkin terlihat “kecil”, tapi lihatlah manfaatnya yang besar bagi umat. Mungkin terlihat “keras”, tapi setidaknya mampu mengikis kerasnya pengkhianatan para penguasa atas rakyat laksana air mengikis bebatuan. Mungkin terlihat “tak bermakna”, tapi kala dirimu telah meluruskan niatmu, mengokohkan pundakmu, maka insya Allah surga didepan matamu. Karena itu janji Allah untuk para tentaraNya yang menegakkan kebenaran atas penguasa yang zalim.
Ini adalah beberapa pemikiran yang harus ditanamkan dalam setiap jiwa mahasiswa. Awareness from details. Bahwa setiap hal kecil yang diklakukan pasti bermakna dan dilihat Allah.
Mahasiswa perlu diingatkan akan hal ini.
Menurut pendapat saya solusi dari masalah ini adalah dengan cara merubah paradigma berpikir mahasiswa. Beri suatu pandangan dari segi yang tidak terpikir olehnya. Saat kita melakukan “proses penyadaran”, beri juga data dan fakta konkrit atas apa yang terjadi di negara kita beserta dokumentasinya. Kemas semua itu dalam bentuk yang menarik hingga jiwa mereka bergerak, lakukan kajian lapangan dan turunkan mahasiswa secara langsung untuk menjumpai realita kehidupan rakyat yang sesungguhnya. Perluas pandangannya tentang pergerakan dengan cara terus secara intensif memberikan propaganda, bahas isu – isu kenaikan pada kehidupan rakyat miskin dan beri pencerdasan tentang kondisi Indonesia.
Teman, kita memiliki bekal moral intelektual. Kitalah yang bisa dengan mudah mengakses ilmu pengetahuan. Kita yang dianugerahi Allah untuk mengenyam pendidikan. Untuk paham tentang betapa bangsa ini telah dikhianati oleh para pecundang. Untuk membangun peradaban baru Indonesia emas yang berpijak atas keadilan dan kebenaran.
Saya percaya tidak ada yang kebetulan didunia ini. Saya percaya Allah menciptakan manusia apatis dan empati pasti ada maksudnya. Bisa jadi dengan apatisnya mereka, ini mengingatkan kita bahwa Allah sedang berbicara dengan kita untuk bersikap peduli. Allah tengah mengajarkan kita untuk peka terhadap bangsa dan sesama serta segala binaanNya.
Apa yang akan terjadi pada bangsa ini apabila semua mahasiswannya apatis atas persoalan negerinya sendiri?
Apa yang akan terjadi pada bangsa ini apabila para pemudanya “tidur”?
Rekan – rekan seperjuangan, menumpas sikap apatis ini adalah tanggung jawab kita bersama. Tanggung jawab untuk saling mengingatkan, saling menguatkan dan saling memperteguh semangat untuk berjuang. Semangat untuk berbagi dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan. Untuk menyadari betapa IP tinggi saja tidak cukup untuk membayar tiap peluh yang menetes dari orang tua kita untuk membayar setiap peluh yang menetes dari orang tua kita untuk membayar kuliah kita apabila yang kita dapatkan dari kuliah ini hanya cerdas secara kademis saja. Bisa jadi saat kita lulus sarjana nanti kita pun menjadi para pecundang yang mengkhianati rakyatnya sendiri. Naudzubillah.
Tengoklah Elang Mula Lesmana, Hafidzin Royyan, Hery Hartanto, dan Hendriawan Sie, keempat mahasiswa Usakti yang tewas ditembak aparat keamanan 12 Mei 1998 dihalaman kampus Usakti. Penembakan di sore itu telah memicu kemarahan rakyat terhadap rezim orde baru dan memicu kerusuhan sosial di Jakarta dan sekitarnya  pada 14 Mei 1998 yang berpuncak dengan mundurnya Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998. Kerusakan sosial di Jakarta itu telah membuat Ibu kota membara. Tak terbilang orang meninggal. Gelombang reformasi telah mengubah konstelasi politik Indonesia, termasuk “nasib” para aktivis dan politisi yang memperjuangkan reformasi bersama mahasiswa.
Banyak pahlawan tangguh yang gugur saat itu yang telah berhasil membayar dengan darahnya untuk membebaskan negara kita dari penjajahan versi modern, yaitu:
·        G30 S PKI
·        Mudjayin, 78 tahun, dipenjara 14 tahun di Pulau Buru tanpa melalui proses pengadilan (Beliau seorang wartawan) (Sangat mudah pada saat itu menangkap orang tanpa alasan yang jelas. Ini hanya salah satu dari banyak korban penangkapan tak beralasan pada masa itu). Ada pemenjaraan sebanyak 3 juta orang tanpa pengadilan yang jelas.
·        Pembunuhan di Aceh ( Pembantaian Massal 1980 – 1990 ) 30.000 jiwa.
·        Pemerkosaan besar – besaran warga Indonesia.
·        Kejahatan Kemanusiaan:
-     Di Markas OPSUS ada seorang perempuan yang digantung dengan kepala di bawah dan bulu kemaluan dibakar.
-     Banyak korban yang disetrum listrik, disundut rokok, dll.
-     AM Fatwa disiksa di Gang Buntu, Kebayoran Lama, Jaksel.
·        Pembantaian rakyat peristiwa kasus tahun 1965 – 1971 memakan korban 800.000 – 3.000.000 jiwa.
-     Kasus politik Tanjung Priok pembantaian massal 1984, 250 jiwa.
-     27 Juli kompetisi politik 1996, 30 jiwa.
-     Makasar penolakan tarif 1985, 4 Mahasiswa.
-     Tuntutan mahasiswa Haur Koneng Tanah: 25 orang di politisir sebagai PKI.
-     Tuntutan mahasiswa Tim Mawar penculikan aktivis 1996 – 1997, 22 orang.
Total korban jiwa yang meninggal pada masa orde baru ini ± 1.000.000 jiwa rakyat Indonesia meninggal. Dengan demikian selama 32 tahun orde baru berkuasa, tidak kurang dari 4.000.000 jiwa rakyat telah menjadi korban.
Soe Hok Gie, salah satu aktivis kita pernah berkata, “jika dibandingkan antara jumlah korban saat kekuasaan kolonial Belanda selama 350 tahun dengan kekuasaan Orde Baru selama 32 tahun maka jumlah korban saat orde baru  berkuasa jauh lebih besar dibandingkan dengan saat kolonial Belanda menjajah Indonesia”. 220 milyar Dollar AS dikorupsi. Uang jerih payah rakyat diambil paksa. Penggusuran dimana – mana. Pembredelan media massa.
( Sumber data : Lembaga Perjuangan Rehabilitasi Korban Rezim Orde Baru (LPR-KROB) – www.tempointeraktif.com ).

Bayangkan bila saat itu tidak ada yang tergerak hatinya untuk membebaskan negeri kita tercinta dari tangan kotor para pecundang pengkhianat rakyat. 32 tahun rakyat kita menderita. Apa kita mau diam saja menikmati nyamannya AC di kampus? Rakyat tidur di bak sampah. Makan nasi sisa bekas di sampah. Anak – anak tidak bisa sekolah hanya karena uang. Bayi baru lahir ditidurkan di emperan jalan. Rakyat mencuci baju pakai air sungai Ciliwung.
Apa kita mau diam saja menikmati hidup kita yang sudah sangat nyaman tanpa menghiraukan kehadiran mereka?
Saya pikir bergerak bukanlah pilihan. Tapi itu adalah kewajiban. Suatu sikap yang patut disematkan kedalam diri tiap mahasiswa.
Sekali lagi, saya pikir mereka tidak benar – benar apatis, yang membedakan kita dengan mereka hanyalah waktu kita untuk menyadari seruan ini. Saya percaya jauh didalam nurani mereka, mereka pun ingin bergerak untuk membangun bangsa. Kita pun memiliki kewajiban untuk saling menyadarkan / mengingatkan untuk terus bersatu bergerak dan berjuang bersama untuk membela rakyat Indonesia.
Karena kita independent. Kitalah pengontrol sosial. We are the agent of change. Kita yang paling tidak berkepentingan akan pergerakan ini. Kalau bukan kita yang bertindak, siapa lagi?
Apabila pertanyaan mengapa anda ingin terlibat dalam pergerakan ini masih ada, jawabannya adalah:
Karena,,,
Tanpa saya, UI akan tetap ada,
Tanpa saya, Brigade Jaket Kuning Ungu akan tetap ada,
Tanpa saya, semua akan tetap berjalan seperti biasanya,
Tapi tanpa rakyat, NEGARA ADALAH TIDAK ADA!!!

Bukan rakyat yang membutuhkan kita.
Tapi kita yang membutuhkan rakyat.
Untuk itu, lakukan yang terbaik untuk rakyat.
Bahwa orang tua kita pun adalah rakyat.
Sekarang mereka yang digantung dengan kepala dibawah, digusur rumahnya dan dirampas haknya serta tak bisa sekolah karena uang.
Ingat, teman!
Kita dan keluarga kita pun adalah bagian dari rakyat.
Bagaimana bila hal itu semua menimpa kita? ( Naudzubillah)
Masihkah ada alasan untuk tidak bergerak?
Ketika nurani tak lagi didengar
Ketika mata tak sanggup lagi melihat kebenaran
Tatkala tangisan lapar semakin membahana
Izinkan kami untuk turun ke jalan.
Demikianlah fakta dan realita yang terjadi dibalik mewahnya “senayan”, teman! Karena sadar atau tidak, menjadi mahasiswa adalah anugerah. Karena suara rakyat di senayan telah dihapus oleh para pengkhianat zaman. Bergeraklah untuk mengembalikan suara yang terhapus itu, Mahasiswa! HIDUP MAHASISWA! HIDUP RAKYAT INDONESIA!!

 Oleh Sobat gue: Riana Wulandari

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN SEKUM

LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN PENGURUS
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGKAJIAN INTELEKTUAL MAHASISWA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Bismillahirohmanirohim.
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatu,

“Kita Mahasiswa Ilmiah!!!”

Segala puji hanya milik Allah aza wajalla, dengan kehendaknya saya masih mampu bertahan dalam terpaan krisis kesadaran pentingnya berorganisasi. Solawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan nabi pemberi makna akan pola berfikir ilmiah, tidak lain beliau adalah nabi akhir zaman Muhammad SAW.

Sebagai sekertaris umum yang disini diposisikan secara struktural setelah Direktur, sejak awal mengemban amanah tersebut, saya sangat menyadari akan beban tanggung jawab yang sangat besar. Disisi lain amanah ini memberikan banyak hal untuk dapat berkreasi dan berinovasi dalam membangun karakter berorganisasi. Diluar tugas utama sebagai pemegang administrasi, pada satu periode yang sudah terlewat ini, terdapat suatu kewajiban untuk melaporkan berbagai kondisi yang terjadi selama kepengurusan berlangsung.

Kondisi objektif
Ketika melaksanakan fungsi dan peran sebagai sekretaris umum. Tugas – tugas yang sifatnya wajib hampir semuanya dipenuhi secara baik. Seperti halnya pencatatan surat masuk dan keluar, menggantikan fungsi dan peran Direktur ketika berhalangan dan sebagainya. Secara pribadi hal tersebut tidak sepenuhnya berjalan dengan mulus ketika beberapa bulan kepengurusan telah dilalui. Berkaitan dengan hal tersebut dikarenakan ada amanah lain yang saya terima diluar LEPPIM baik yang sifatnya wajib maupun yang kondisional. Meskipun amanah besar lain itu saya terima berdasarkan ijin dan dukungan pengurus LEPPIM lainnya terutama Direktur sebagai pucuk pimpinan tertinggi, Perasaan akan ketidakmampuan atas segala keterbatasan yang dimiliki tetap saja menjadi beban tersendiri.
Bersyukur seketika itu pula toleransi yang begitu besar dari Direktur yang tidak jarang menutupi segala keterbatasan yang dimiliki sekretaris umum. Tidak ada ungkapan lain selain ucapan terimakasih atas segala kerjasama yang begitu indah dari seluruh pengurus.

Evaluasi dan Rekomendasi
Sebagai insan organisator, menindaklunjuti berbagai pergerakan yang telah dilalui mutlak dilakukan. Pergerakan itu sama sekali menyangkut dengan berbagai idealisme yang terkadang bisa juga di nilai kurang optimal. Refleksi dan memberikan penilaian tersebut ditujukan untuk perbaikan kedepan. Berikut adalah beberapa hal yang sekiranya patut di evaluasi dan semoga dapat dijadikan rujukan untuk pengurus yang akan datang, antara lain:
1.      Tidak dapat dipungkiri bahwa semangat berorganisasi yang fluktuatif menjadi hambatan tersendiri yang seyogiayanya disikapi dengan khas sesuai kebutuhannya sendiri. Saling memotivasi dan stimulasi sekiranya menjadi solusi praktis ditambah dengan refresh sejenak keluar dari koridor rutinitas organisasi tidak ada salahnya dilakukan.
2.      Adanya amanah baru yang diterima oleh sekretaris umum sedikit banyaknya turut berpengaruh dalam kinerja organsasi. Konsentrasi penuh ketika telah mengemban amanah merupakan satu-satunya cara untuk mengantisipasi segala keterbatasan individu agar tidak lalai dalam memenuhi tanggung jawab.
3.      Dengan diversitas jadwal kuliah yang berbeda disamping kepentingan-kepentingan individu pengurus jangan kiranya dijadikan hambatan besar, karena hal tersebut adalah realitas yang tidak bisa dihindari melainkan kecerdikan singkronisasi dan menghilangkan egosentris harus sama-sama dipahami. Dengan menumbuhkan rasa kekeluargaan pasti dapat diatasi.

Pentupan
Sampai disini laporang pertanggung jawaban dari Sekretaris Umum, namun bukan berarti sampai disini perjuangan saya untuk terus memperbaiki dan memajukan LEPPIM sebagai organisasi paling strategis dalam mengangkat kredibilitas UPI di tingkat nasional. Semoga LEPPIM semakin jaya, Terimakasih.

Bandung, 19 November 2010

Sekretaris Umum



M. Maulana Hidayat

TUGAS Perkembangan Peserta Didik

Pertumbuhan
Perubahan yang menyangkut pertumbuhan fisik, peningkatan jumlah sel, ukuran, kuantitatif, tinggi badan, berat badan, ukuran tulang, gigi individu.
( sumber: konsep pertumbuhan dan perkembangan manusia, Ns. Anisah Ardiana, S. Kep.)

Perkembangan
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati (Chaplin C.P.,1989:134). Sedangakan Hurlock E.B. (1978:23) menyatakan bahwa “Perkembangan dapat didefinisikan sebagai deretan  progresif dari perubahan yang teratur dan koheren “.”Progresif “ menandai bahwa perubahannya terarah, membimbing mereka maju, dan bukan mundur. “Teratur” dan “ koheren” menunjukan hubungan yang nyata antara perubahan yang terjadi dan telah mendahului atau mengikutinya.
Ini berarti bahwa perkembangan juga berhubungan dengan proses belajar terutama mengenai isinya yaitu tentang apa yang akan berkembang berkaitan dengan perbuatan belajar. Disamping itu juga bagaimana suatu hal itu dipelajari, apakah melalui memorisasi (menghafal) atau melalui peniruan dan atau dengan menangkap hubungan-hubungan, hal-hal ini semua ikut menentukan proses perkermbangan.
Dapat pula dapat dikatakan bahwa perkembangan sebagai suatu proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi terjadi berdasarkan proses pertumbuhan, kemasakan, dan belajar.
( sumber: Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Drs. H. Syamsu Yusuf LN. Pd.)
PERSAMAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
            Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan adalah perubahan yang menuju ke arah yang lebih maju dan positif.
PERBEDAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Pertumbuhan lebih menuju perubahan fisik, peningkatan jumlah sel, ukuran, kuantitatif, tinggi badan, berat badan, ukuran tulang, gigi, dan memiliki pola bervariasi. Sedangakan pekembangan bersifat kualitatatif, progresif dan berkesinambungan.

Pendidikan
Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.
( sumber: wikipedia)

Pembelajaran
Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
( sumber: Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Drs. H. Syamsu Yusuf LN. Pd.)

LATIHAN
   Suatu Proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang – ulang, sehingga semakin hari jumlah beban latihannya semakin bertambah.
( sumber: www.wordpress.com)
PERSAMAAN PENDIDIKAN, PEMBELAJARAN DAN LATIHAN
            Persamaannya hanya terletak pada sifatnya yang menuju proses dimana yang tadinya tidak bisa menjadi bisa.
PERBEDAAN PENDIDIKAN, PEMBELAJARAN DAN LATIHAN
            Perbedaannya pendidikan lebih kepada penanaman moral, akhlak, dan etika kepada individu. Pembelajaran lebih cenderung kepada pemberian materi ajar secara formal ataupun non formal. Sedangkan  latihan lebih kearah pelatihan, tekhnik, cara, praktek, tentang sesuatu hal yang sedang dipelajarinya.

Tahapan Perkembangan
Penahapan atau pembabakan rentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri – ciri khusus atau pola – pola tingkah laku tertentu.
( sumber: Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Drs. H. Syamsu Yusuf LN. Pd.)

Tugas Perkembangan
            Suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang waktu kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan berikutnya: sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan – kesulitan dalam menuntaskan tugas – tugas berikutnya.
( sumber: Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Drs. H. Syamsu Yusuf LN. Pd.)

Masalah Pendididikan di Indonesia

Permasalahan pendidikan, merupakan hal yang selalu menarik untuk diperbincangkan. Baik di pagi hari, siang, atau tengah malam sekalipun. Bisa dimulai dari pendanaan yang tak kunjung optimal dari birokrat, banyaknya siswa yang putus sekolah, tindak kriminal terhadap para siswa sekolah, sistem pendidikan yang terus berganti, kebijakan-kebijakan yang tak menguntungkan pelaku pendidikan, dll.
Hampir semua permasalahan seperti tiada akhir. Solusi jitu yang didamba berbagai pihak pelaku pendidikan, hanyalah seperti yang ditera dalam peribahasa 'bagai pungguk merindukan bulan'. Pemerintah seperti bingung arah dalam mencari solusi terbaik yang bisa mendorong tingkat pendidikan di Indonesia sampai ke puncaknya. Sedangkan dari rakyat sebagai pelaku pendidikan juga hanya bisa termangu menggigit jari tanpa bisa berbuat apa-apa selain mengkritisi habis-habisan berbagai langkah kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Apa sebenarnya yang menjadi pucuk permasalahan tiada henti ini? Sistemkah? Lingkungankah?.

Sebenarnya dari kita kecil, dimulai dari Sekolah Dasar (SD) kita sudah seharusnya bisa menilai, apa-apa yang menjadi kekurangan dan apa-apa yang menjadi kelebihan. Sampai beranjak ke tingkat selanjutnya di tingkat SMP, lalu SMA, dan terakhir Perguruan Tinggi kita juga seharusnya bisa tetap melakukan hal yang sama dan tentu dengan tingkat kekritisan yang berbeda-beda. Jika kita coba perhatikan, ada kekurangan yang bisa dirangkum secara global dalam konteks pendidikan di Indonesia dari dulu hingga saat ini.
Pertama, kurikulum pendidikan kita kurang menekankan pentingnya studi yang dalam dan berkelanjutan mengenai wawasan nusantara. Hal ini bisa dilihat dari kurangnya jam mata pelajaran/kuliah mengenai Kewarganegaraan (PPKn). Dari waktu penuh jam pelajaran/kuliah selama seminggu, pelajaran/kuliah tersebut hanya mendapat sorotan sekitar 2-2,5 jam. Hal ini akan berdampak pada kurangnya rasa nasionalisme para siswa/mahasiswa.
Kurangnya rasa kecintaan pada tanah air tersebut juga akan berdampak lebih jauh lagi pada saat para siswa/mahasiswa sudah selesai dalam menempuh pendidikan dan sudah waktunya dalam memilih pekerjaan. Orientasi utama pada saat itu kemungkinan besar hanya berorientasi pada segi material, yang jelas tidak meguntungkan bagi Indonesia sendiri dan bukannya berorientasi berbuat dan berkontribusi semampunya untuk Indonesia.
Kedua, kurikulum pendidikan yang kurang menekankan pentingnya studi yang juga dalam serta berkelanjutan mengenai Agama. Tak jauh berbeda dengan permasalahan pertama dimana dari waktu penuh jam pelajaran/kuliah selama seminggu, pelajaran/kuliah mengenai Agama masih sangat kurang. Apalagi di tingkat Perguruan Tinggi dimana mata kuliah Agama hanya mendapat sorotan sebesar 2 SKS dari sekitar 140-an SKS.
Padahal pendalaman materi mengenai agama sangat penting melihat posisi agama merupakan pembentuk terbaik serta utama bagi kepribadian dan moral seseorang. Jelas orang yang memiliki pengetahuan agama yang tinggi kehidupannya juga akan diselimuti dengan selimut keagamaan yang tinggi. Dengan kata lain, pendidikan kita disorot dari segi moral, akidah, serta akhlak masih sangat kurang.
Ketiga, kurikulum pendidikan/pelaku pendidikan dari segi pengajaran kita yang kurang mengarahkan para siswa/mahasiswa untuk nantinya setelah selesai sekolah/kuliah menciptakan sesuatu. Jadi disini, kurangnya hal tersebut akan membentuk kepribadian konsumtif dari para siswa/mahasiswa dan bukannya kepribadian yang produktif serta mampu bersaing di masa yang akan datang.
Hal ini juga sangat penting untuk disoroti melihat pengaruh globalisasi nantinya yang akan mempengaruhi langsung para pelaku pendidikan saat ini. Hal ini jelas terasa akibat buruknya, terutama bagi bangsa ini. Contoh bisa kita ambil, dari berbagai kebijakan yang diambil pemerintah mengenai pengolahan serta pemenuhan kebutuhan hidup rakyatnya sehari-hari.

Indonesia, negeri yang dikaruniai Tuhan dengan keberagaman serta keberlimpahan sumber daya alam serta manusianya, seharusnya mampu untuk mengoptimalkan SDA dan SDM tersebut jika melihat kuantitas dan kualitas sarjana kita yang bisa dibilang sangat cukup.
Tapi apa daya, sistem pendidikan yang tidak mengarah kepada ke-3 usulan tadi, membentuk kepribadian yang konsumtif bagi para siswa/mahasiswa yang pada akhirnya lebih memilih untuk meng-impor berbagai kebutuhan mendasar dari luar negeri.
Hal ini merupakan hal yang konyol, dan Indonesia bisa dikatakan sebagai negeri yang mubadzir, dan juga bukannya tidak mungkin jika nantinya Tuhan akan mengambil kembali SDA yang kita miliki sebagai bentuk 'kekesalan' karena kebodohan diri kita sendiri.
Jadi sistem pendidikan yang berdasarkan pada wawasan kebangsaan dan wawasan keagamaan yang mendalam, serta pengarahan kepada pelaku pendidikan untuk men-cipta dan bukannya mem-beli dirasa merupakan sistem pendidikan dasar yang ideal bagi bangsa yang telah rapuh dan berdiri tidak lagi dengan kaki sendiri ini. Semoga perubahan besar ke arah