ANTAREZ CORPORATED: Masyarakat Desa

WELCOME TO MY BLOG

SALAM GEOGRAFI

WELCOME TO MY BLOG!!!

ENJOY THE TRIP

Selasa, 21 Desember 2010

Masyarakat Desa

1 . Pengertian Rural Community ( Masyarakat Pedesaan )
Apa yang dimaksud rural community atau komunitas / masyarakat pedesaan? Di mana mereka berada? Jenis pekerjaan apa yang dilakukan orang – orang yang hidup didalamnya? Bagaimana masyarakat pedesaan berbeda dari masyarakat perkotaan? Dan bagaimana budaya disana?
Pedesaan adalah gambaran orang, tempat dan hal – hal yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat desa yang sebagian besar bermatapencaharian bertani.
Menurut Sutardjo Hadikusumo, desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri.
Menurut Bintarto, desa adalah merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi ,sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.
Menurut Paul H. Landis, desa adalah pendudunya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan ciri ciri sebagai berikut:
1.    Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.
2.    Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan
3.    Cara berusaha (ekonomi)adalah agraris yang paling umum yang sangat
4.    Dipengaruhi alam seperti : iklim, keadaan alam ,kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan
Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti "kesamaan", kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti "sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak",
Komunitas desa adalah, sekumpulan orang yang tinggal jauh dari daerah perkotaaan yang jumlah penduduknya kurang dari 2500 jiwa dan sebagian besar bermatapencaharian bertani karena masih sangat bergantung pada alam.

2. Matapencaharian Desa
Jenis pekerjaan dipedesaan sangat bergantung pada alam, karena sebagian besar penduduknya melakukan aktifitas pertanian seperti berkebun dan menanam tanaman pangan untuk mereka sendiri dan orang lain. beberapa dari mereka selain bertani ada juga yang berternak hewan seperti ayam, kambing dan sapi. Dan ada pula beberapa yang melakukan aktifitas pertambangan.
Namun tidak semua orang bekerja pada sektor pertanian atau pertambangan di desa, ada sebagian yang berhijrah ke kota melakukan aktifitas lain seperti berdagang, menjadi seorang guru, dokter dan masih banyak lagi.
Orang – orang yang tinggal di daerah pedesaan menggunakan berbagai jenis mobil. Itu disebabkan kebanyakan dari mereka tidak tinggal di kota, jadi sangatlah penting bagi mereka untuk memiliki kendaraan seperti pickup dan mobil angkutan lainya untuk menjual hasil pertanianya ke berbagai kota, dan untuk sebagai sarana transportasi untuk mengantar anak – anaknya berangkata ke sekolah.

3.  Hewan dan Budaya di Desa
Ada banyak sekali hewan yang bisa di temukan di pedesaan, jika kita melihat ke pertanian dan pedesaan kita bisa melihat hewan seperti sapi, babi, ayam, domba,anjing dan kucing, ditempat lain pun kita bisa melihat hewan lain baik yang liar maupun yang jinak seperti kelinci, bajing, rusa ular, kuda, burung dan masih banyak lagi yang bisa di temukan di pedesaan. Kebanyakan dari wewan tersebut banyak dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk beternak dan digunakan sebagai alat transportasi.
Budaya di masyarakat pedesaan sebagian besar masih bersifat tradisional dan masih menjalankan budaya yang turun – temurun yang di lakukan nenek moyang mereka, dan tidak sedikit pula masyarakat desa yang masih menganut sistem animisme dan dinamisme. Budaya ini sulit hilang karena merupakan sebagian dari hukum adat yang berlaku, bila hukum ini dilanggar seseorang akan dianggap sebagai pembangkang desa. Selain unsur kepercayaan di komunitas desa juga masih kental dengan adat sosial seperti tolong – menolong,  dan sering bersilaturahmi.

4.    Karakteristik Masyarakat Desa
Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah “tidak berlaku”. Berikut ini disampaikan sejumlah karakteristik masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan budaya mereka, yang bersifat umum yang selama ini masih sering ditemui. Setidaknya, ini menjadi salah satu wacana bagi kita yang akan bersama-sama hidup di lingkungan pedesaan.
a.      Sederhana
Sebagian besar masyarakat desa hidup dalam kesederhanaan. Kesederhanaan ini terjadi karena dua hal:
a.       Secara ekonomi memang tidak mampu
b.      Secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri.
b.      Mudah curiga
Secara umum, masyarakat desa akan menaruh curiga pada:
a.       Hal-hal baru di luar dirinya yang belum dipahaminya
b.      Seseorang/sekelompok yang bagi komunitas mereka dianggap “asing”
c.       Menjunjung tinggi “unggah-ungguh”
Sebagai “orang Timur”, orang desa sangat menjunjung tinggi kesopanan atau “unggah-ungguh” apabila:
·        Bertemu dengan tetangga
·        Berhadapan dengan pejabat
·        Berhadapan dengan orang yang lebih tua/dituakan
·        Berhadapan dengan orang yang lebih mampu secara ekonomi
·        Berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat pendidikannya
d.      Guyub, kekeluargaan
Sudah menjadi karakteristik khas bagi masyarakat desa bahwa suasana kekeluargaan dan persaudaraan telah “mendarah-daging” dalam hati sanubari mereka.
e.      Lugas
“Berbicara apa adanya”, itulah ciri khas lain yang dimiliki masyarakat desa. Mereka tidak peduli apakah ucapannya menyakitkan atau tidak bagi orang lain karena memang mereka tidak berencana untuk menyakiti orang lain. Kejujuran, itulah yang mereka miliki.
f.        Tertutup dalam hal keuangan
Biasanya masyarakat desa akan menutup diri manakala ada orang yang bertanya tentang sisi kemampuan ekonomi keluarga. Apalagi jika orang tersebut belum begitu dikenalnya. Katakanlah, mahasiswa yang sedang melakukan tugas penelitian survei pasti akan sulit mendapatkan informasi tentang jumlah pendapatan dan pengeluaran mereka.
g.      Perasaan “minder” terhadap orang kota
Satu fenomena yang ditampakkan oleh masayarakat desa, baik secara langsung ataupun tidak langsung ketika bertemu/bergaul dengan orang kota adalah perasaan mindernya yang cukup besar. Biasanya mereka cenderung untuk diam/tidak banyak omong.
h.      Menghargai (“ngajeni”) orang lain
Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain yang pernah diterimanya sebagai “patokan” untuk membalas budi sebesar-besarnya. Balas budi ini tidak selalu dalam wujud material tetapi juga dalam bentuk penghargaan sosial atau dalam bahasa Jawa biasa disebut dengan “ngajeni”.
i.        Jika diberi janji, akan selalu diingat
Bagi masyarakat desa, janji yang pernah diucapkan seseorang/komunitas tertentu akan sangat diingat oleh mereka terlebih berkaitan dengan kebutuhan mereka. Hal ini didasari oleh pengalaman/trauma yang selama ini sering mereka alami, khususnya terhadap janji-janji terkait dengan program pembangunan di daerahnya.
Sebaliknya bila janji itu tidak ditepati, bagi mereka akan menjadi “luka dalam” yang begitu membekas di hati dan sulit menghapuskannya. Contoh kecil: mahasiswa menjanjikan pertemuan di Balai Desa jam 19.00. Dengan tepat waktu, mereka telah standby namun mahasiswa baru datang jam 20.00. Mereka akan sangat kecewa dan selalu mengingat pengalaman itu.

j.        Suka gotong-royong
Salah satu ciri khas masyarakat desa yang dimiliki dihampir seluruh kawasan Indonesia adalah gotong-royong atau kalau dalam masyarakat Jawa lebih dikenal dengan istilah “sambatan”. Uniknya, tanpa harus dimintai pertolongan, serta merta mereka akan “nyengkuyung” atau bahu-membahu meringankan beban tetangganya yang sedang punya “gawe” atau hajatan. Mereka tidak memperhitungkan kerugian materiil yang dikeluarkan untuk membantu orang lain. Prinsip mereka: “rugi sathak, bathi sanak”. Yang kurang lebih artinya: lebih baik kehilangan materi tetapi mendapat keuntungan bertambah saudara.
k.      Demokratis
Sejalan dengan adanya perubahan struktur organisasi di desa, pengambilan keputusan terhadap suatu kegiatan pembangunan selalu dilakukan melalui mekanisme musyawarah untuk mufakat. Dalam hal ini peran BPD (Badan Perwakilan Desa) sangat penting dalam mengakomodasi pendapat/input dari warga.
l.        Religius
Masyarakat pedesaan dikenal sangat religius. Artinya, dalam keseharian mereka taat menjalankan ibadah agamanya. Secara kolektif, mereka juga mengaktualisasi diri ke dalam kegiatan budaya yang bernuansa keagamaan. Misalnya: tahlilan, rajaban, Jumat Kliwonan, dll.
11 karakteristik tersebut, pada saat ini tidak bisa digeneralisasikan bagi seluruh warga masyarakat desa. Ini disebabkan oleh adanya perubahan sosial religius yang begitu besar pengaruhnya dalam tata pranata kehidupan masyarakat pedesaan. Dampak yang terjadi meliputi aspek agama, ekonomi, sosial politik, budaya dan pertahanan keamanan. (ingat: kasus kerusuhan yang terjadi di beberapa pedesaan di pulau Jawa)

Tidak ada komentar: